Rabu, 08 Juni 2016

RESPONDING PAPER SUKU TENGGER



A.   Asal usul Orang Tengger

      Masyarakat Tengger adalah masyarakat yang  beradadi  sebelah utara gunung Semeru dan masuk kedalam daerahPurbalinggo, Pasuruan, Malang danLumanjang. Masyarakat Tengger di sebut “Wong Tengger” yang memiliki adatistiadat atau faham kepercayaan tersendiri. Menurut sebagian kepercayaan  masyarakat Tengger, namanyadiambil dari dua orang suami isteri yang merupakan cikal bakal pendudukTengger yang menetap di suatu tempat antara gunung Bromo dan Semeru, isteri bandsawan itu melahirkan seorang bayi perempuan yang cantikrupawan yang di beri namaRoroAnteng. Tidak jauh dari tempatitu, tinggala hseorang pendetadengan isterinya, isteripendetai tumelahirkan seorang laki-laki yang bagus rupanya dan sehat tubuhnya (seger) karena itu diberinama JokoSeger dan menjadi pemuda yang tampan. Keduanya akhirnya mengikat perkawinan dan kemudian membuka kampong baru, kampong itu diberinama Tengger. Dari nama RoroAnteng untuk awalan “Teng” dan dari JokoSeger yang diambi luntu kakhiran “Ger”.[1]
       Dari pernikahan tersebut mereka mendapatkan 24 anak, dengan demikian, masyarakat Tengger beranggapan 24 anak Roro Anteng dan Joko Seger itu merupakan nenek moyang mereka. Nama dari 25 orang itu masih hidup dalam fikiran dan hati masyarakat Tengger dan dikaitkan dengan tempat-tempat keramat dimana mereka menyampaikan sesaji dan penyambahan kepada roh-roh yang diyakini bisa memberikan keselamatan hidupnya. 

B.   Pandangan hidup, kepercayaan orang Tengger

a.       Animisme
Animisme berasaldari kata anima yang artinya roh, nyawa, badan halus. Ialah salah satu kepercayaan yang meyakini adanya kekuatan roh atau makhluk halus yang mengelilinginya.Roh nenek moyang bagimasyarakat Tengger mempunyai kedudukan penting,  roh nenek moyang dari anak cucu yang masih hidup.
b.      Konsep tentang Tuhan
Di dalam agama BudhaTengger tidak ditemukan suatu konsep tunggal tentang Tuhan dandewa-dewa. Menurut agamaBudha Tengger untuk daerah sekitar Ngidasari, pengertian tentang dewa Trimurti ialah Sang Hyang Betoro Guru, Sang Hyang Betoro Wisnu dan Sang Hyang Betoro Siwo. Tetapi dari ketiga nama dewa tersebut terdapat dewa tertinggi yang dinamakan Sang Hyang Wiseso atau Sang Hyang Tunggal. Sedangkan Sang Hyang yang diucapkandalam semedi ialah Gusti yang Maha  Agung atau Sang Hyang Widi.
            Sembahyang dan Semedi
Di samping melaksanakan sesaji dan upacara selamatan agama Budha Tengger mengenal pula tata cara sembahyang yang ia sebut semedi. Praktek semedi bisa dilakukan dirumah, sanggar pemujaan, tempat-tempat sepi seperti gunung, gua dan sebagainya.
            Semedi dilakukan pada pagi hari dengan menghadap ke Timur dan sore dengan menghadap ke Barat. Sedsangkan semedi bersama dilakukan disanggar pemujaan pada bulan purnama tanggal 15 setiap satu bulan sekali. Sebelum melaksanakan semedi harus mandi keramas lebih sebagai cara untuk mensucikan diri, dengan air yang sudahdiberi mantra.
c.       Konsep Alam
Selain  alam yang terlihat nyata, mereka pun mempercayai alam lain dibalik kehidupanyang terlihat ini. Para dewata dalam pandangan mereka ditempatkan di Suralaya, suatu tempat tertinggi yang dianggap suci.
            Manusia yang baik jikaia meninggal dunia rohnya akan masuk surga. Sebaliknya, manusia jahat akan masuk neraka. Gambaran mereka tentang surga seperti yang banyak diyakini pula oleh umat Islam di dalamnya terdapat 144 orang bidadari yang akan menikmatan yang abadi. Sedangkan gambaran neraka merupakan tempat penyucian roh yang penuh kekotoran dan digambarkan sebagai kawah condro dimuko. Bagi roh yang telah disucikan, roh itu dapat melanjutkan perjalanannya menuju surga.
d.      Tujuh Ajaran Tentang Kehidupan
Yakni :
1.      “Hong pukulan maniro sak sampune dumerek ing sasi kasodo maningo ing temah” artinya: Yang maha Kuasa pelindung seluruh makhluk mengetahui amal perbuatan manusia, memberikan berkahnya kepada bulan Kesodo.
2.      “Milango ing sarining potro kanggo milar panjenengan ing minah” artinya : hendaklah manusia berbuat amal kebajikan, merubah perbuatan buruk menjadi baik, memperhatikan gerak hati yang bersih.
3.      “Kang adoh pinarekaken, kang parek tinariko nang aron-aron” artinya : orang yang jauh dari kebaikan supaya diperingatkan untuk berbuat baik dan diajak untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
4.      “Angrasuko ajang kang pinuju ing Sang Hyang Sukmo” artinya : kerjakanlah perbuatan yang baik supaya selamat jiwa dan raga dan mendapatkan ridho Tuhan.
5.      “Jiwo raga sinusupan babahan werno songo” artinya: hendaklah jiwa raga terjaga segala sesuatu yang memasuki lobang sembilan pada manusia.
6.      “Ngelingono jiwo premono hanimboho binyu karabayuan” artinya : hendaklahmanusiamempunyai hati yang bersih ( welas asih) dan berbuat kasih sayang terhadap semua makhluk.
7.      “Dewiru neediyo nyondro nitis sepisan kerto rahayu palinggihanetiti yang lura, lurah kyahi dukun sagung anak putu andoyo puluh” artinya: bila petunjuk-petunjuk tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan jiwa mantap oleh seluruh lapisan masyarakat, makamanusia setelah mati akan mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan jiwa yang disebut dengan mati yang sempurna..

C.   Ritus dan upacara keagamaan masyarakat Tengger

1.      Hari RayaKaro
Hari raya Karo adalah hari raya pemeluk agama Budha Tengger yang dirayakan bersama-sama secara besar-besaran dan diadakan pada pertengahan bulan Karo (bulan kedua) setiap tahun. Upacara dilaksanakan selama 7 hari, selama itu mereka saling kunjung mengunjungi untuk mempererat tali persaudaraan yang disebutnya dengan istilah sambung batin.
2.      Hari raya Kesodo
Hari raya Kesodo adalah hari raya yang diadakan oleh masyarakat Tengger pada bulan ke 12 (saddo) pada pertengahan bulan. Upacara Kesodo menempati tempat yang khusus di hati masyarakat Tengger. Mereka percaya, jika mereka tidak turut merayakannya kehidupannya tidak akan tentram. Sebaliknya jika mereka melaksanakan upacara tersebut maka hidupnya akan selamat dan dimurahkan rejeki,
3.      Upacara Kelahiran
                        Upacara ini merupakan rangkaian dari enam macamupacara yang berkaitan.Pertama, ketika bayi yang berada dalam kandungan telahberumur tujuh bulan,yang bersangkutan mengadakan selamtan nyayut atau upacara sesayut.Maksud upacara adalah agar bayi lahir dengan selamat dan lancar.
4.      Upacara Perkawinan
            OrangTengger dilaksanakan berdasarkanperhitungan waktu yang ditentukan oleh dukun yang harus sesuai dengan saptawaraatau pancawara kedua calon pengantin. Selain menggunakan perhitungan saptawaradan pancawara, dukun juga menggunakan perhitungan nasih berdasarkan sandang(pakaian), pangan (makanan), lara (sakit), dan pati (kematian). Hari perkawinanharus menghindari lara dan pati.

5.      Upacara Kematian
                         Diselenggarakan secara gotong royong. Para tetanggamemberi bantuan perlengkapan dan keperluan untuk upacara penguburan. Bantuanspontanitas tersebut berupa tenaga, uang, beras, kain kafan, gula, dan lain-lain yangdisebut nglawuh. Setelah dimandikan mayat diletakkan di atas balai-balai kemudian dukun memercikkan air suci dari prasen kepada jenazah sambil mengucapkan doa kematian.
D.    Interaksi kepercayaan Orang Tengger dengan agama-agama lain
            Sekarang ini agama Hindu makin berkembang di Tengger. Sebagian besarpemuka adat Tengger mendukung diberikannya pelajaran agama Hindu di SekolahDasar. Maraknya revitalisasi Hindu Tengger berawal, ketika pada tahun 1979 rombongan pertama guru agama dari Bali tiba di Tengger. Rombongan inimembentuk kelas-kelas baru untuk anak-anak dan orang dewasa, dan mengajargenerasi muda Tengger membaca doa-doa dalam bahasa Sansekerta.
Inovasi inidisambut meriah oleh warga desa. Parisada Hindu didirikan untuk menyelia agama ,mengurus pernikahan dan kematian, serta melaksanakan kebijakan yangdikembangkan oleh parisada yang lebih tinggi yang berkedudukandi Surabaya.
            Menjelang tahun 1980 ketika pembaharuan Hindu di Tengger makin agresif,muncul kontroversi di antara para dukun Tengger.Hampir separuh dari dukunTengger masih menentang gerakan tersebut dan mencurigainya sebaga ipembangkang tradisi Tengger, bahkan di antara para pemuka pembaharuan punterjadi perdebatan pendapat yang serius yang mengakibatkan perbedaan kebijakanyang radikal atas pelestarian peribadatan para dukun.
             Kepedulian dan bantuan pemerintah kepadaorang Tengger pada perayaan Kasada menunjukkan bahwa pemerintah sangatberkepentingan dengankelestarian adat Tengger. Para pemuka pembaharuanmenyadari dan memahami perkembangan tersebut. Agama Hindu dan adat Tenggerbangkit bersama-sama.
            Simahnadi Widyaprakoso, MasyarakatTengger; LatarBelakang Daerah Taman NasionalBromo.



[1]SimahnadiWidyaprakoso, MasyarakatTengger; LatarBelakang Daerah Taman NasionalBromo, h.33-34.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar