Rabu, 08 Juni 2016

RESPONDING PAPER SUKU NIAS



Agama Tradisional Suku Nias


A.   Asal-usul Suku Nias
Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak di sebuah tempat yang bernama "Tetehöli Ana'a". Menurut mitos tersebut di atas mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias.
Namun menurut Penelitian Arkeologi yang telah dilakukan di Pulau Nias sejak tahun 1999 Penelitian ini menemukan bahwa sudah ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000 tahun silam yang bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias. Penelitian genetika terbaru menemukan, masyarakat Nias, Sumatera Utara, berasal dari rumpun bangsa Austronesia. Nenekmoyang orang Nias diperkirakan datang dari Taiwan melaluijalur Filipina 4.000-5.000 tahun lalu Penelitian ini juga menemukan, dalam genetika orang Nias saat ini tidak adalagi jejak dar imasyarakat Niaskuno yang sisa peninggalannya ditemukan di Goa Togi Ndrawa, Nias Tengah.

B.     Ajaran-ajaran Kepercayaan Suku Nias
1.      Keyakinan Terhadap Dewa
            Dalam kepercayaan kepada dewa-dewa tersebut ada dua dewa yang dianggap penting, yang pertama adalah Lowalangi yang sudah disebutkan tadi. Lowalangi ini merupakan dewa alam atas, sumber dari segala yang baik. Sedangkan yang kedua adalah Lature Danoyaitu dewa alam bawah, yang pada umumnya lebih menampakkan aspek-aspek yang negatif. 
2.      Keyakinan tentang jiwa
            Dalam suku Nias terdapat beberapa ungkapan-ungkapan yang dipakai untuk mengungkapkan pengeretian jiwa yaitu, noso dan bekhu. Noso dipandang datang dari dewa Lowalangi atau dari salah satu bentuk penampakan dewa itu.
3.      Keyakinan tentang kekuatan ghaib
            Suku Nias mengenal adanya eheha. Eheha adalah kekuatan yang berjiwa dan menjiwai, yang dapat diwariskan dari ayah kepada keturunannya atau kepada anak laki-lakinya. Sebenarnya eheha ini hanya berarti bagi para pemimpin laki-laki ataupun pada orang-orang yang penting dan tidak beerlaku ataupun tidak penah terungkap adanya eheha.
4.      Mite Penjadian
            Bagian pertama mite ini, memiliki sumber, atau meyebutkan bahwa pada awal mula yang adalah kekacauan (khaos) dari kekacauan ini timbulah tokoh dewa yang pertama, selanjutnya mite-mite itu berbeda satu sama lain, yaitu mite yang pertama dari Nias Utara; tokoh dewa pertama yaitu, Tuha Sihai, setelah Sihai meninggal timbula Aloloa Nangi. Dengan dibantu oleh roh-roh baik yang sebelumnya ada roh-roh jahat seperti Nadaoya dan Afokha, kemudian roh-roh yang baik yaitu, Lowalangi dan Lature Dano bermaksud menciptakan manusia. Akan tetapi Lature Dano gagal menunaikan tugasnya, hanya Lowalangi dapat menghidupkan manusia. Kedua mite dari Nias Selatan; Inada Samihara Luwo (Inada=Ibu kita) ialah yang menyebabkan adanya penjadian manusia.

C.    Upacara Adat dan Keagamaan Suku Nias
1.      Upacara pesta jasa dan atau pesta kedudukan (owasa)
            Tujuan pesta religius ini ialah untuk memperoleh kehormatan, nama, kedukaan, dan gelar. Dalam suku Nias terdapat suatu aturan yang berlaku bahwa orang boleh mengadakan owasa setelah ia kawin, ia harus berusaha mengumpulkan emas dan babi yang cukup untuk pelaksanaan owasa yang pertama. 
2.      Upacara boro nadu
            Upacara boro nadu ini adalah puncak hidup kultus suku Nias, sebab secara langsung pesta ini dihubungkan dengan penciptaan dan terjadinya suku Nias. Biasanya upacara ini diselenggarakan ditempat-tempat yang dipandang sebagai tempat nenek moyang dahulu turun dari alam atas dan sekaligus dianggap sebagai kediaman pertama nenek moyang masing-masing kelompok.
3.      Upacara perkawinan[1]
          Kebiasaan masyarakat Nias jika pesta perkawinan banyak sekali yang harus di-folaya (dihormati dengan cara memberi babi). Selain itu, babi pun banyak yang harus disembelih dengan berbagai macam fungsional adatnya, misalnya: tiga ekor bawi wangowalu (babi pernikahan), seekor babi khusus untuk fabanuasa (babi yang disembelih untuk dibagikan ke warga kampung dari pihak mempelai perempuan) , seekor untuk kaum ibu-ibu (ö ndra’alawe) yang memberikan nasehat kepada kedua mempelai, seekor untuk solu’i (yang menghantar mempelai wanita ke rumah mempelai laki-laki).
          Kemudian ada juga yang tidak disembelih: sekurang-kurangnya seekor untuk “nga’ötö nuwu” (paman dari ibu mempelai perempuan), sekurang-kurangnya seekor sampai tiga ekor untuk “uwu” (paman mempelai perempuan), seekor untuk talifusö sia’a (anak sulung dari keluarga mempelai perempuan), seekor untuk “sirege” (saudara dari orangtua mempelai perempuan), seekor untuk “mbolo’mbolo” (masyakat kampung dari pihak mempelai perempuan, biasanya babi ini di-uang-kan dan uang itu dibagikan kepada masyarakat kampung), seekor untuk ono siakhi (saudara bungsu mempelai perempuan), seekor untuk balö ndela yang diberikan kepada siso bahuhuo, dsb (dan jika pas hari “H” perkawinan, ibu atau ayah atau paman, atau sirege dari pihak saudara perempuan menghadiri pesta perkawinan, maka mereka-mereka ini juga harus difolaya, biasanya seekor hingga tiga ekor babi).
4.      Upacara kematian
            Menurut kepercayaan asli seseorang yang telah meninggal dunia merupakan lanjutan hidup di dunia ini. Jika di dunia seseorang menjadi kaya, pandai dan terpandang, maka di dunia orang mati gelar itu masih disandangnya. Namun bedanya di dunia yang telah mati itu sebaliknya siang menjadi malam, kiri menjadi kanan, timur menjadi barat. Jika seseorang meninggal maka kerabatnya harus membuat patung yang disebut molohe adu. Patung ini akan menjadi tempat tinggal roh orang yang meninggal itu. Oleh karena itulah patung itu harus dipelihara dan dijaga dengan baik supaya rohnya itu diterima oleh Lowalangi.[2]

D.    Interaksi Kepercayaan Orang Nias Dengan Agama-Agama Lain
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Setelah ada interaksi dengan agama lain contohnya Hindu yang pertama masuk Nusantara ini, maka Suku Nias ini memiliki sistem Kasta yang ada pada ajaran Agama Hindu. Suku Nias mengenal sistem kasta (12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.




                [2] http://arti-definisi-pengertian.info/upacara-adat-kematian-orang-nias/, diakses pada tanggal 19-05-2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar