Agama Tradisional Suku Naulu
A.
Sejarah Asal Usul Suku Naulu
Masyarakat
Nuaulu atau Naulu adalah sebuah suku yang berada di
Seram, Maluku, Indonesia.[1] Suku Naulu sering disebut juga orang Naulu atau Nuahunai, artinya
orang yang berdiam di hulu Sungai Nua yaitu daerah dari mana mereka berasal
sebelum menempati daerah yang sekarang. Jadi Naulu artinya suku yang
mendiami kepala air Nua/ Sungai Nua. Penamaan suku Naulu dilatar belakangi oleh
tempat tinggal nenek moyang mereka.
Asal
muasal mereka bertempat tinggal di Weri Hulawano (Kepala air Nua) karena
terjadi perselisihan antar klan. Akibat perselisihan itu para kepala suku
bersepakat untuk pindah ke pantai.
1.
Konsepsi
tentang Tuhan
Adapun konsep Tuhan bagi mereka adalah yang sering
disebut Upu Kuanahatana atau Upu Allah taala suatu zat yang merupakan
kepercayaan tertinggi bagi suku Naulu. Namun mereka juga tidak terlepas dari
kepercayaan kepada arwah nenek moyang hal itu adalah bentuk penghargaan atas
jasa-jasa mereka selama hidupnya. Tetapi kepercayaan utama mereka hanya kepada
Upu Allah taala.
2.
Mite Penjadian
Ada beberapa mite penjadian yaitu
yang pertama Upu kuanahatana menjadikan Nunusaku. Nunusaku adalah suatu yang
berpribadi. Dari Nunusaku inilah menjelma seorang berpribadi yang
berbentuk laki-laki dengan seorang wanita yang berasal dari kayangan (langit).
Dari hubungan kedua lawan jenis ini lahirlah manusia-manusia, seperti Tala, Eti
dan sapalewa. Dengan izin Upu Kuanahatana darah yang mengalir dari kelahiran
Tala, Eti dan sapalewaa itu menjadi danau. Danau itu mengalir menjadi 3 sungai yang dari sinilan manusia dan alam berkembang hingga
saat ini. Ketiga sungai itu adalah :
1.
Sungai yang mengalir ke utara bernama Sapalewa.
2.
Sungai yang mengalir ke selatan bernama Tala
3.
Sungai yang mengalir ke barat bernama Eti.
Kemudian penjadian yang
kedua adalah Upu Kuanahatana menciptakan langit sebagai pribadi laki-laki
(adam) dan bumi sebagai pribadi perempuan (hawa). Dari
persentuhan kedua pribadi tersebut, lahirlah benda-benda alam yang lain.
1.
Upacara Suu Anaku (Memandikan Anak)
Dikalangan
mereka ada suatu tradisi yang termasuk dalam upacara lingkaran hidup individu.
Yaitu upacara yang berkenaan dengan masa peralihan dari masa kandungan hingga
kelahiran. Upacara tersebut dinamakan oleh mereka upacara “Suu Anaku” yang
berarti “memandikan anak”.
2.
Upacara Masa Dewasa bagi Perempuan (Pinamou)
Istilah pinamou
dalam pengertian lokal
berarti wanita bisu
karena selama berlangsungnya upacara ini si wanita bertindak seperti
orang bisu. Wanita pinamou
dibolehkan berbiacara tapi
harus berbisik tidak
boleh berbicara keraskeras.
Adapun maksud dan
tujuan penyelenggaraan upacara
ini adalah untuk mangalihkan status seorang perempuan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
3.
Ritual
masa Dewasa bagi laki-laki
Dalam kehidupan
suku Nuaulu laki-laki
mempunyai kedudukan khusus didalamkehidupan sosial
budaya masyarakat. Anak
laki-laki sejak kecil telah ditempa
sedemikian rupa sehingga
mereka setelah dewasa
mampu bertindak sebagai pria-pria
yang bertanggung jawab. Di dalam upacara ini yaitu masa
peralihan dari kanak-kanak menuju seorang laki-laki yang dewasa.
4.
Upacara Ritual
Perkawinan
Adapun ritual-ritual yang dilakukan
dalam prosesi perkawinan ini adalah sebagai berikut:
a.
Acara peminangan
b.
Pembicaraan
harta kawin dan tanggal perkawinan
c.
Bawa harta (Rori
Susau) di acara perkawinan
d.
Menyuapi pengantin perempuan (Pamana) dan Makan Patita
5.
Upacara Ritual Kematian
Adapun ritual-ritual
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Memukul tifa
b. Memandikan jenazah dan melepaskan Jenazah
c. Pukul sagu dan berburu
d. Kegiatan malam pertama dan malam kedua
D.
Adat dan Etika Suku
Naulu
1.
Adat meminang
(Ruetauanamana)
Kebanyakan
dalam etika Naulu, sebelum calon pengantin perempuan dan calon pengantin
laki-kali menikah. Calon pengantin laki-laki tersebut melaksanakan perkumpulan
keluarga dahulu dalam rangka membicarakan tujuan calon pengantin laki-laki
untuk meminang calon pengantin perempuan dan mementukan pula kapan pernikahan
akan dilaksanakan. Seterusnya keluarga calon pengantin laki-laki keluar
meninggal rumah huniannya untuk meminang calon pengantin perempuan di rumah
pengantin perempuannya.
2.
Pakian
Khas Suku Naulu
Kemajuan zaman
cukup mempengaruhi sikap,
tingkah laku dan
cara berpakaian mereka. Bila
ditelusuri dulu orang
laki-laki dewasa memakai
cidaku yaitu sehelai kain
yang berbentuk empat
persegi panjang (mirip
sepotong selendang) cidaku ini
sebenarnya adalah celana.
Cara memakainya yaitu
melilit aurat dan diikat
pada pinggang. Ujungnya
bagian depan tergantung
ke bawah.
Pakaian mereka
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.
Pakaian sehari-hari, Untuk pakaian
sehari-harinya masyarakat suku
Nuaulu biasanya memakai pakaian
seperti masyarakat pada
umumnya.
b.
Pakaian adat
yang hanya digunakan
khusus untuk acara-acara adat tertentu saja.
1.
Interaksi
Kepercayaan Suku Naulu dengan Agama-agama Lain
Suku Naulu umumnya masih menganut
agama tradisional yang mereka sebut agama suku Naulu. Kepercayaan ini
diwariskan oleh para nenek moyang dan tokoh adat melalui tuturan (cerita dari
turun-temurun). Pemerintah daerah setempat memasukkan agama kepercayaan mereka ini
dalam kelompok agama Hindu, meskipun mereka menolaknya. Suku Naulu yang berdiam
di dusun Sepa, lebih terbuka untuk menerima agama Kristen dan Islam, shingga
beberapa warga mereka bisa dikatakan lebih maju dibanding dengan suku Naulu
yang berada di dusun Nuanea, karena di dusun Sepa Mereka saling berinteraksi
satu sama lainnya karena dusun mereka saling berdekatan. Dan dalam hal
peribadatan, suku Naulu yang masih dapat dikatakan menyembah makhluk hidup dan
benda mati ini tetap mengerti bagaimana cara peribadatan Kristen dan Islam yang
juga saling berbeda dengan rasa saling menghargai. Mereka juga menerima masukan
dan saling berbagi cara bercocok tanam dan berburu kepada orang-orang diluar
suku Naulu yang masih bertetangga dengan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar