Rabu, 08 Juni 2016

RESPONDING PAPER SUKU BATAK

a. .    Mitologi Batak dan Jenjang Kehidupan orang Batak
Mitologi Batak adalah kepercayaan tradisional akan dewa-dewi yang dianut oleh orang Batak. Agama Batak tradisional sudah hampir menghilang pada saat ini, begitu juga dengan mitologi Batak. Kepercayaan Batak tradisional terbentuk sebelum datangnya agama Islam dan Kristen oleh dua unsur yaitu megalitik kuno dan unsur Hindu yang membentuk kebudayaan Batak. Pengaruh dari India dapat terlihat dari elemen-elemen kepercayaan seperti asal usul dunia, mitos penciptaan, keberadaan jiwa serta bahwa jiwa tetap ada meskipun orang telah meninggal dan sebagainya.[1]
Suku Batak yang memiliki banyak ragam kebudayaan dan seni yang sangat terkenal, suku ini pula memiliki mitologi yang telah mereka yakini sebagai asal usul penciptaan alam semesta serta hal-hal lain yang terkait.[2]
Suku Batak sudah mempunyai kebudayaan sendiri dan juga telah memiliki keterampilan yang cukup tinggi. Diantara benda-benda yang dimiliki, yang sangat berpengaruh dalam hidupnya adalah aksara Batak sendiri. Hanya dengan mengenal dan memahami aksara orang itu dapat melihat-lihat keanehan-keanehan dan keganjilan-keganjilan yang terdapat dalam jampi dan mantra datu Batak. Sangat disesalkan karena penulisan hukum adat Batak, syair, pantun, umpama, dongeng, dan sisilah Batak, yang sangat penting kedudukannya dalam budaya batak, tidakdituangkan dalam bentuk tulisan.pada mulanya orang-orang Eropa bermaksud melakukan penulisan itu, tetapi gagal. Cerita-cerita peninggalan nenek moyang yang mereka dapatkan secara lisan, tidak ditulis sesuai aslinya, banyak yang di ubah, sehinga tidak lagi memberi gambaran otentik mengenai budaya dan filsafatnya.
Ukiran-serta pahatan-pahatan pada rumah adat Batak sangat indah dan menggambarkan kepekaan rasa pengukirnya. Demikian juga hasil tempaan para pandai besi dan para penenun. Semuanya membuktikan bahwa suku Batak sangat menekuni pekerjaannya dengan mengandalkan pengetahuan dan perasaan artistik yang dimilikinya. Dalam hal pengolahan tanah, harus diakui bahwa mereka cukup berhasil – meskipun pada masa perang, rakyat masih mampu mempertahankan hidupnya dengan hasil tanamannya sendiri.
Menurut Mitologi Batak, tempat asal suku Batak adalah gunung Pusuk Buhit yang terletak di sebelah Barat Laut Danau Toba.
Pada umumnya, pemberitaan yang dilakukan dari mulut ke mulut tidak dapat di percaya. Hal ini terbukti dengan banyak cerita dan dongeng yang beredar di kalangan bangsa dan suku-suku negeri ini, yang semuanya tidak sesuai dengan pemberitaan alkitab tentang penciptaan yang hanya mempunyai dua versi (yang pertama dalam Kejadian 1 dan dalam Kejadian 2yang kedua[3]
B.     Asal-usul dan perkembangan kepercayaan Parmalim
Ugamo Malim adalah agama asli yang dianut Bangsa Batak sebelum agama Islam, Kristen dan Katolik dianut sebagian besar Batak Toba. Penganut Ugamo Malim disebut parmalim, pimpinan tertinggi agam Malim adalah Raja Sisingamaharaja I-XII. Saat ini parmalim yang tersisa di Tanah Batak hanya sekitar 10.000 orang. Agama Malim terpusat di Huta Tinggi, Laguboti Kabupaten Tobasa. Pimpinan Parmalim bernama Raja Marnangkok Naipospos, meneruskan kepemimpinan Raja Sisingamangaraja Sinambela XII. Kepercayaan dan upacara keagamaan sebelum masuknya agama Nasrani dan Islam, mencerminkan pembaruan dari dua unsur utama yang ikut membentuk kebudayaan Batak, yaitu kebudayaan Megalitik kuno dan pengaruh india.
Sistem religi yang dianggap tertua di Batak adalah agama raja-raja yang disebut permalim atau perbaringin atau pelbegu. [4]
Parmalim secara antropologis disebut sebagai agama yang diturunkan oleh Tuhan (Debata Mulajadi Nabolon) khusus kepada suku Batak. Debata Mulajadi Nabolon adalah pencipta, pemilik dan penguasa semesta alam.
Beberapa ratus tahun sebelum agama Islam dan Kristen datang ke Tanah Batak dan sebelum agama malim resmi ada, kepercayaan dan ajaran keagamaan Batak sesungguhnya sudah ada. Menurut kepercayaan agama Malim, ajaran keagamaan itu dibawa oleh suruhan atau utusan Debata Mulajadi Nabolon. Suruhan Debata yang membawa ajaran keagamaan itu dinamakan malim Debata.

C.     Kepercayaan Parmalim dan Ajaran-ajarannya
Istilah Parmalim merujuk kepada penganut agama Malim. Agama Malim yang dalam bahasa Batak disebut Ugamo Malim adalah bentuk moderen agama asli suku Batak. Agama asli Batak tidak memiliki nama sendiri, tetapi pada penghujung abad kesembilan belas muncul sebuah gerakan anti kolonial. Pemimpin utama mereka adalah Guru Somalaing Pardede. Agama Malim pada hakikatnya merupakan agama asli Batak, namun terdapat pengaruh agama Kristen, terutama Katolik, dan juga pengaruh agama Islam.
Agama ini tidak mengenal Surga atau sejenisnya,sepeti agama umumnya, selain Debata Mula jadi Na Bolon (Tuhan YME) dan Arwah-arwah leluhur, belum ada ajaran yang pasti reward atau punisnhment atas perbuatan baik atau jahat, selain mendapat berkat atau dikutuk menjadi miskin dan tidak punya turunan. Tujuan upacara agama ini memohon berkat dari Debata Mula jadi Na bolon (Tuhan YME), dari Arwah-arwah leluhur, juga dari Tokoh-tokoh adat atau kerabat-kerabat adat yang dihormati, seperti Kaum Hula-hula (dari sesamanya).
Tuhan dalam kepercayaan Malim adalah "Debata Mula Jadi Na Bolon" (Tuhan YME) sebagai pencipta manusia, langit, bumi dan segala isi alam semesta yang disembah oleh "Umat Ugamo Malim" ("Parmalim"). Agama Malim terutama dianut oleh suku Batak Toba di provinsi Sumatera Utara. Sejak dahulu kala terdapat beberapa kelompok Parmalim namun kelompok terbesar adalah kelompok Malim yang berpusat di Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Kab. Toba Samosir. Hari Raya utama Parmalim disebut Si Pahasada (yaitu '[bulan] Pertama') serta Si Pahalima (yaitu '[bulan] Kelima) yang secara meriah dirayakan di kompleks Parmalim di Huta Tinggi.[5]
D.    Upacara Keagamaan dalam Agama Parmalim
Malim adalah sebuah agama yang memiliki beberapa macam  upacara agama-agama (ritual) yang dijadikan sebagai jalan untuk “bertemu” dengan Debata Mulajadi Nabolon.
Bagi agama Malim, persembahan pelean (sesaji) dan pelafalan doa-doa (tonggo-tonggo) adalah hal yang wajib dalam setiap upacara agama. Berikut ini akan dijelaskan satu persatu keseluruhan upacara agama yang dimaksud sekaligus mengetengahkan dsar hukum dan proses pelaksanaannya masing-masing.
1.      Upacara Marisabtu
Marisabtu adalah salah satu upacara agama (ibadat) yang terpenting dalam agama Malim. Ibadat ini wajib dilaksanakan sekali dalam sepekan yaitu pada hari sabtu. Penetapan hari sabtu sebagai hari peribadatan bersal dari sejarah dimana tepat pada hari ketujuh (sabtu).


2.      Upacara Martutuaek
Martutuaek merupakan salah satu aturan atau ibadat dalam agama Malim nmun perlu diketahui bahwa sebelum agama Malim resmi ada, yakni pada zaman Sisimangaraja I bahkan sejak dari Siraja Batak, martutuaek sudah menjadi bagian dari adat istiadat masyarakat Batak namun setelah agama Malim resmi ada, acara martutuaek bukan lagi sekedar adat kebiasaan tetapi sudah berubah status hukumnya menjadi suatu aturan atau ibadat yang wajib diamalkan.
3.      Upacara Pasahat Tondi
Pasahat Tondi  berasala dari dua kata, yaitu “pasahat” yang bermakna ”menyampaikan”, “menyerahkan”, sedangkan makna “tondi” adalah “ruh”. Dengan demikian pasahat tondi berarti menyampaikan atau menyerahkan ruh.
4.      Upacara Mardebata
Mardebata adalah satu satu ritual agama malim. Secara harfiah kata mardebata bermakna “menyembah Debata”.
5.      Upacara Manganggir
Manganggir adalah  upacara yang dapat disamakan dengan sacrament (baptis) dalam agama lain. Istilah manganggir berasal dari kata anggir (jeruk purut),  karena jeruk purut ini digunakan sebagai bahan  pnsucian (pangurason) , akhirnya upacara ini dinamakan dengan manganggir.
E.     Interaksi Kepercayaan Orang Batak dengan Agama-agama Lain
Masyarakat suku Batak juga sukar menerima pengaruh-pengaruh dari luar. Sifat tertutup orang Batak mulai terbuka setelah terjadi penyerbuan dan pendudukan Islam di bagian Selatan daerah Batak pada tahun 1830-an, yang kemudian disusul dengan masuknya RMG pada tahun 1861, hampir bersamaan dengan permulaan masa pendudukan Belanda secara bertahap atas daerah Batak. Kekerabatan adalah menyangkut hubungan hukum antar orang dalam pergaulan hidup. Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak, yakni berdasarkan garis keturunan (genealogi) dan berdasarkan sosiologis, sementara kekerabatan teritorial tidak ada.

Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Parmalim
Jamaludin S. Hasibuan, Seni  Budaya Batak, (Jakarta: PT Jayakarta Agung Offset, 1885)
Zulyani Hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015)


[2] Jamaludin S. Hasibuan, Seni  Budaya Batak, (Jakarta: PT Jayakarta Agung Offset, 1885), h. 249-252
[3] http://ilmuef.blogspot.co.id/2014/02/mitodologi-suku-batak.html
[4] Zulyani Hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), h. 63
[5] https://id.wikipedia.org/wiki/Parmalim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar