a. .
Mitologi
Batak dan Jenjang Kehidupan orang Batak
Mitologi Batak adalah kepercayaan
tradisional akan dewa-dewi yang dianut oleh orang
Batak. Agama Batak tradisional sudah
hampir menghilang pada saat ini, begitu juga dengan mitologi Batak. Kepercayaan
Batak tradisional terbentuk sebelum datangnya agama Islam dan Kristen oleh dua unsur yaitu megalitik kuno dan unsur Hindu yang membentuk kebudayaan Batak. Pengaruh dari India dapat terlihat dari elemen-elemen kepercayaan seperti asal usul
dunia, mitos penciptaan, keberadaan jiwa serta bahwa jiwa tetap ada meskipun orang telah meninggal dan
sebagainya.[1]
Suku Batak yang memiliki banyak ragam kebudayaan dan seni yang
sangat terkenal, suku ini pula memiliki mitologi yang telah mereka yakini
sebagai asal usul penciptaan alam semesta serta hal-hal lain yang terkait.[2]
Suku Batak sudah mempunyai kebudayaan sendiri dan juga telah memiliki
keterampilan yang cukup tinggi. Diantara benda-benda yang dimiliki, yang sangat
berpengaruh dalam hidupnya adalah aksara Batak sendiri. Hanya dengan mengenal
dan memahami aksara orang itu dapat melihat-lihat keanehan-keanehan dan
keganjilan-keganjilan yang terdapat dalam jampi dan mantra datu Batak. Sangat
disesalkan karena penulisan hukum adat Batak, syair, pantun, umpama, dongeng,
dan sisilah Batak, yang sangat penting kedudukannya dalam budaya batak,
tidakdituangkan dalam bentuk tulisan.pada mulanya orang-orang Eropa bermaksud
melakukan penulisan itu, tetapi gagal. Cerita-cerita peninggalan nenek moyang
yang mereka dapatkan secara lisan, tidak ditulis sesuai aslinya, banyak yang di
ubah, sehinga tidak lagi memberi gambaran otentik mengenai budaya dan
filsafatnya.
Ukiran-serta pahatan-pahatan pada rumah adat Batak sangat indah dan
menggambarkan kepekaan rasa pengukirnya. Demikian juga hasil tempaan para
pandai besi dan para penenun. Semuanya membuktikan bahwa suku Batak sangat
menekuni pekerjaannya dengan mengandalkan pengetahuan dan perasaan artistik
yang dimilikinya. Dalam hal pengolahan tanah, harus diakui bahwa mereka cukup
berhasil – meskipun pada masa perang, rakyat masih mampu mempertahankan
hidupnya dengan hasil tanamannya sendiri.
Menurut Mitologi Batak, tempat asal suku Batak adalah gunung Pusuk Buhit
yang terletak di sebelah Barat Laut Danau Toba.
Pada
umumnya, pemberitaan yang dilakukan dari mulut ke mulut tidak dapat di percaya.
Hal ini terbukti dengan banyak cerita dan dongeng yang beredar di kalangan
bangsa dan suku-suku negeri ini, yang semuanya tidak sesuai dengan pemberitaan
alkitab tentang penciptaan yang hanya mempunyai dua versi (yang pertama dalam
Kejadian 1 dan dalam Kejadian 2yang kedua[3]
B.
Asal-usul
dan perkembangan kepercayaan Parmalim
Ugamo
Malim adalah agama asli yang dianut Bangsa Batak sebelum agama Islam, Kristen
dan Katolik dianut sebagian besar Batak Toba. Penganut Ugamo Malim disebut parmalim, pimpinan tertinggi agam Malim adalah Raja
Sisingamaharaja I-XII.
Saat ini parmalim yang tersisa
di Tanah Batak hanya sekitar 10.000 orang. Agama Malim terpusat di Huta Tinggi,
Laguboti Kabupaten Tobasa. Pimpinan Parmalim bernama Raja Marnangkok Naipospos,
meneruskan kepemimpinan Raja Sisingamangaraja Sinambela XII. Kepercayaan dan
upacara keagamaan sebelum masuknya agama Nasrani dan Islam, mencerminkan
pembaruan dari dua unsur utama yang ikut membentuk kebudayaan Batak, yaitu
kebudayaan Megalitik kuno dan pengaruh india.
Sistem religi yang
dianggap tertua di Batak adalah agama raja-raja yang disebut permalim
atau perbaringin atau pelbegu. [4]
Parmalim secara antropologis disebut
sebagai agama yang diturunkan oleh Tuhan (Debata Mulajadi Nabolon) khusus
kepada suku Batak. Debata Mulajadi Nabolon adalah pencipta, pemilik dan
penguasa semesta alam.
Beberapa ratus tahun sebelum agama
Islam dan Kristen datang ke Tanah Batak dan sebelum agama malim resmi ada,
kepercayaan dan ajaran keagamaan Batak sesungguhnya sudah ada. Menurut kepercayaan
agama Malim, ajaran keagamaan itu dibawa oleh suruhan atau utusan Debata
Mulajadi Nabolon. Suruhan Debata yang membawa ajaran keagamaan itu dinamakan malim
Debata.
C.
Kepercayaan
Parmalim dan Ajaran-ajarannya
Istilah Parmalim merujuk kepada penganut agama Malim. Agama Malim yang
dalam bahasa Batak
disebut Ugamo Malim adalah bentuk moderen agama asli suku Batak. Agama asli Batak
tidak memiliki nama sendiri, tetapi pada penghujung abad kesembilan belas
muncul sebuah gerakan anti kolonial. Pemimpin utama mereka adalah Guru
Somalaing Pardede. Agama Malim pada hakikatnya merupakan agama asli Batak,
namun terdapat pengaruh agama Kristen, terutama Katolik,
dan juga pengaruh agama Islam.
Agama ini tidak mengenal Surga atau sejenisnya,sepeti agama umumnya,
selain Debata Mula jadi Na Bolon (Tuhan YME) dan Arwah-arwah leluhur, belum ada
ajaran yang pasti reward atau punisnhment atas perbuatan baik atau jahat,
selain mendapat berkat atau dikutuk menjadi miskin dan tidak punya turunan.
Tujuan upacara agama ini memohon berkat dari Debata Mula jadi Na bolon (Tuhan
YME), dari Arwah-arwah leluhur, juga dari Tokoh-tokoh adat atau kerabat-kerabat
adat yang dihormati, seperti Kaum Hula-hula (dari sesamanya).
Tuhan dalam kepercayaan Malim adalah "Debata Mula Jadi Na
Bolon" (Tuhan YME) sebagai pencipta manusia, langit, bumi dan segala isi
alam semesta yang disembah oleh "Umat Ugamo Malim"
("Parmalim"). Agama Malim terutama dianut oleh suku Batak Toba di provinsi Sumatera Utara. Sejak dahulu kala
terdapat beberapa kelompok Parmalim namun kelompok terbesar adalah kelompok
Malim yang berpusat di Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti,
Kab. Toba Samosir.
Hari Raya utama Parmalim disebut Si Pahasada (yaitu '[bulan] Pertama') serta Si
Pahalima (yaitu '[bulan] Kelima) yang secara meriah dirayakan di kompleks
Parmalim di Huta Tinggi.[5]
D.
Upacara
Keagamaan dalam Agama Parmalim
Malim adalah sebuah agama yang
memiliki beberapa macam upacara
agama-agama (ritual) yang dijadikan sebagai jalan untuk “bertemu” dengan
Debata Mulajadi Nabolon.
Bagi agama Malim, persembahan pelean
(sesaji) dan pelafalan doa-doa (tonggo-tonggo) adalah hal yang wajib
dalam setiap upacara agama. Berikut ini akan dijelaskan satu persatu
keseluruhan upacara agama yang dimaksud sekaligus mengetengahkan dsar hukum dan
proses pelaksanaannya masing-masing.
1.
Upacara Marisabtu
Marisabtu adalah salah satu upacara agama (ibadat) yang terpenting
dalam agama Malim. Ibadat ini wajib dilaksanakan sekali dalam sepekan yaitu
pada hari sabtu. Penetapan hari sabtu sebagai hari peribadatan bersal dari
sejarah dimana tepat pada hari ketujuh (sabtu).
2.
Upacara Martutuaek
Martutuaek merupakan
salah satu aturan atau ibadat dalam agama Malim nmun perlu diketahui bahwa
sebelum agama Malim resmi ada, yakni pada zaman Sisimangaraja I bahkan sejak
dari Siraja Batak, martutuaek sudah menjadi bagian dari adat istiadat
masyarakat Batak namun setelah agama Malim resmi ada, acara martutuaek
bukan lagi sekedar adat kebiasaan tetapi sudah berubah status hukumnya menjadi
suatu aturan atau ibadat yang wajib diamalkan.
3.
Upacara Pasahat Tondi
Pasahat Tondi berasala dari dua kata, yaitu “pasahat”
yang bermakna ”menyampaikan”, “menyerahkan”, sedangkan makna “tondi”
adalah “ruh”. Dengan demikian pasahat tondi berarti menyampaikan atau
menyerahkan ruh.
4.
Upacara Mardebata
Mardebata adalah satu satu ritual agama malim. Secara
harfiah kata mardebata bermakna “menyembah Debata”.
5. Upacara Manganggir
Manganggir adalah
upacara yang dapat disamakan dengan sacrament (baptis) dalam
agama lain. Istilah manganggir berasal dari kata anggir (jeruk
purut), karena jeruk purut ini digunakan
sebagai bahan pnsucian (pangurason) ,
akhirnya upacara ini dinamakan dengan manganggir.
E.
Interaksi
Kepercayaan Orang Batak dengan Agama-agama Lain
Masyarakat suku Batak juga sukar menerima pengaruh-pengaruh dari
luar. Sifat tertutup orang Batak mulai terbuka setelah terjadi penyerbuan dan
pendudukan Islam di bagian Selatan daerah Batak pada tahun 1830-an, yang
kemudian disusul dengan masuknya RMG pada tahun 1861, hampir bersamaan dengan
permulaan masa pendudukan Belanda secara bertahap atas daerah Batak. Kekerabatan adalah menyangkut hubungan hukum antar
orang dalam pergaulan hidup. Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak, yakni
berdasarkan garis keturunan (genealogi) dan berdasarkan sosiologis, sementara
kekerabatan teritorial tidak ada.
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Parmalim
Jamaludin S. Hasibuan, Seni
Budaya Batak, (Jakarta: PT Jayakarta Agung Offset, 1885)
Zulyani Hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa
di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015)
[2] Jamaludin S. Hasibuan, Seni Budaya Batak, (Jakarta: PT Jayakarta
Agung Offset, 1885), h. 249-252
[3]
http://ilmuef.blogspot.co.id/2014/02/mitodologi-suku-batak.html
[4] Zulyani Hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa
di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), h. 63
[5]
https://id.wikipedia.org/wiki/Parmalim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar