SUKU TOLAKI
Sumber: https://www.google.com/search?q=peta++suku+tolaki&client=ubuntu&channel=fs&biw=1366&bih=635&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjEhrzBgZzNAhUHJJQKHRHKDcgQ_AUIBigB#imgrc=-nC9UW_dj4ameM%3A
A.
Asal-usul Suku Tolaki
Tolaki adalah salah satu suku yang ada di Sulawesi Tenggara mendiami daerah yang berada di sekitar kabupaten Kendari dan Konawe.
Suku Tolaki berasal dari kerajaan Konawe. Dahulu, masyarakat Tolaki
umumnya merupakan masyarakat nomaden yang handal, hidup dari hasil berburu dan
meramu yang dilaksanakan secara gotong-royong. Hal ini ditandai dengan bukti
sejarah dalam bentuk kebudayaan memakan sagu, yang hingga kini belum
dibudidayakan atau dengan kata lain masih diperoleh asli dari alam. Masakan
asli Suku Tolaki sebelum beras adalah dalam bentuk sajian sinonggi.
Raja Konawe yang terkenal adalah Haluoleo (delapan hari). Masyarakat Kendari percaya
bahwa garis keturunan mereka berasal dari daerah Yunan Selatan yang sudah berasimilasi dengan penduduk
setempat, walaupun sampai saat ini belum ada penelitian atau penelusuran ilmiah
tentang hal tersebut. Kini masyarakat Tolaki umumnya hidup berladang dan
bersawah, maka ketergantungan terhadap air sangat penting untuk kelangsungan
pertanian mereka. untunglah mereka memiliki sungai terbesar dan terpanjang di
provinsi ini. Sungai ini dinamai sungai Konawe. yang membelah daerah ini
dari barat ke selatan menuju Selat Kendari.[1]
B.
Sistem Hukum Suku Tolaki
Sistem Hukum yang brlaku dalam masyarakat Tolaki dan seorang
Mokole (Raja), pemimpin, dalam sumpah pelantikannya, telah mengucapkan ikrar
dihadapan rakyatnya, untuk ia mentaati dan tunduk terhadap hukum yang
berlaku, dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan Tolaki.
Kelima sumber hukum itu adalah :
1. Sara Wonua, yaitu Hukum adat pokok dalam pemerintahan.
2. Sara mbendulu, yaitu Hukum adat pokok dalam hubungan kekeluargaan dan persatuan pada umumnya.
3. Sara mbe'ombu, yaitu Hukum adat pokok dalam aktivitas agama dan Kepercayaan.
4. Sara mendarahia, yaitu Hukum adat pokok dalam pekerjaan yang berhubungan dengan keahlian dan keterampilan.
5. Sara monda'u, mombopaho, mombakani, melambu,dumahu, me oti-oti, yaitu Hukum adat pokok masing-masing dalam, berladang, berkebun, beternak, berburu, dan menangkap ikan.[2]
Kelima sumber hukum itu adalah :
1. Sara Wonua, yaitu Hukum adat pokok dalam pemerintahan.
2. Sara mbendulu, yaitu Hukum adat pokok dalam hubungan kekeluargaan dan persatuan pada umumnya.
3. Sara mbe'ombu, yaitu Hukum adat pokok dalam aktivitas agama dan Kepercayaan.
4. Sara mendarahia, yaitu Hukum adat pokok dalam pekerjaan yang berhubungan dengan keahlian dan keterampilan.
5. Sara monda'u, mombopaho, mombakani, melambu,dumahu, me oti-oti, yaitu Hukum adat pokok masing-masing dalam, berladang, berkebun, beternak, berburu, dan menangkap ikan.[2]
C.
Sistem Kekerabatan Masyarakat Tolaki
Dalam masyarakat orang Tolaki, seperti pada semua masyarakat, sistem
hubungan kekerabatan terjadi karena keturunan dan perkawinan. Hubungan kerabat
karena keturunan disebut meohai yang berarti hubungan saudara, anamotuo yang berarti
hubungan orang tua. Sedangkan hubungan karena perkawinan disebut pinetono yang
berarti hubungan suami-istri, hubungan keluarga istri dan hubungan keluarga
suami.
Hubungan
saudara tampak sebagai apa yang disebut mekotukombo atau hubungan saudara kandung,
yang terdiri atas tiga macam, yaitu :
a. meohai aso ama aso
ina yaitu hubungan saudara kandung seayah dan seibu.
b. meohai aso ama suere
ina yaitu hubungan saudara kandung seayah lain ibu.
c. meohai aso ina suere
ama yaitu hubungan saudara kandung seibu lain ayah.
Selain hubungan saudara sebagai saudara kandung, ada juga
hubungan saudara yang disebut meopoteha yaitu hubungan saudara sepupu. Hubungan
saudara sepupu ini juga terdiri atas tiga macam, yaitu :
a. meopoteha monggo aso
yaitu hubungan sepupu derajat satu.
b. meopoteha monggo ruo
yaitu hubungan sepupu derajat dua.
c. meopoteha monggo
tolu yaitu hubungan sepupu derajat tiga.
Hubungan dengan orang tua tampak dalam unsur-unsur yang disebut
mbeo'ana atau hubungan orang tua dengan anak dan mbeopue atau hubungan kakek
atau nenek dengan cucu. Hubungan antara orang tua dengan anak terdiri dari
unsur-unsur sebagai mbeo'ana kotukombo (hubungan orang tua dengan anak kandung)
dan mbeolaki'ana (hubungan paman atau bibi dengan kemenakan). Hubungan paman
atau bibi dengan kemenakan terdiri pula atas unsur mbeolaki'ana nggotukombo
(hubungan paman atau bibi dengan kemenakan kandung) dan unsur mbeolaki'ana
mboteha (hubungan paman atau bibi dengan kemenakan sepupu). Masing-masing paman
sepupu, bibi sepupu, dan kemenakan terdiri pula atas tiga unsur, yakni sebagai
sepupu derajat satu, sebagai sepupu derajat dua, dan sebagai sepupu derajat
tiga.
Selanjutnya hubungan antara kakek atau nenek dengan cucu
terdiri dari tiga tingkat, baik ke atas maupun ke bawah, yakni :
a. meopue-mbue atau hubungan kakek nenek dengan cucu.
b. meopuetuko-mbuetuko atau hubungan piut dengan cici.
c. meopusele-mbusele atau hubungan buyut dengan cece.
Menurut orang Tolaki, kakek atau nenek itu ada tujuh lapis. Lapisan ketujuh yang disebut puembitulapi (kakek atau nenek lapisan ketujuh) tidak dikenal lagi dan dipertanyakan oleh cucunya lapisan terbawah, oleh karena itu ada istilah puembinesuko'ako yang berarti kakek atau nenek yang dipertanyakan.[3]
a. meopue-mbue atau hubungan kakek nenek dengan cucu.
b. meopuetuko-mbuetuko atau hubungan piut dengan cici.
c. meopusele-mbusele atau hubungan buyut dengan cece.
Menurut orang Tolaki, kakek atau nenek itu ada tujuh lapis. Lapisan ketujuh yang disebut puembitulapi (kakek atau nenek lapisan ketujuh) tidak dikenal lagi dan dipertanyakan oleh cucunya lapisan terbawah, oleh karena itu ada istilah puembinesuko'ako yang berarti kakek atau nenek yang dipertanyakan.[3]
D.
Kepercayaan dan
Sistem Religi Suku Tolaki
Orang Tolaki telah sejak lama memeluk agama Islam. Akan tetapi
sisa-sisa kepercayaan sebelum Islam masih dimiliki oleh beberapa kelompok kecil
masyarakat. Kepercayaan animisme Tolaki meyakini adanya roh-roh yang mendiami
semua benda, yang disebut sanggelo. Makhluk halus yang mereka pandang sebagai
dewa disebut sangia. Baik sanggelo maupun sangia ada yang baik dan ada pula
yang jahat. Sanggelo yang baik disebut sanggelo mbae, dan sangia yang jahat
disebut sangia mbongae.[4]
Orang Tolaki mengenal banyak dewa. Setiap dewa diberikan nama
menurut nama status dan fungsinya atau menurut nama tempat pesemayamannya di
salah satu bagian alam. Dewa tertinggi disebut Sangia Mbu'u (kepala dewa). Dewa
inilah yang bertindak sebagai penyambung lidah, titah Tuhan. Ia juga disebut
Sangia Lahuene (dewa langit) karena Ia bersemayam di langit.
Dewa-dewa lainnya ialah :
a. Sangiano o wuta (dewa bumi) atau Guruno o wuta (gurunya tanah) yang
mengatur dan memelihara kehidupan diatas bumi.
b. Sangia i puri wuta (dewa di pusat bumi) yang mengatur dan
memelihara kehidupan di dalam bumi.
c. Sangia i puri tahi (dewa di dasar laut) yang mengattur dan
memelihara laut dan segala sumber air.
d. Sangia i asaki ndahi (dewa di seberang laut) yang menjaga musuh
dari luar dunia.
e. Sangia i losoano oleo (dewa di Timur) yang mengatur dan
memelihara wilayah jagat di bagian timur termasuk menetapkan terbitnya matahari
pada setiap hari.
f. Sangia i tepuliano oleo (dewa di Barat) yang mengatur dan
memelihara wilayah jagat di bagian Barat termasuk menetapkan terbenamnya
matahari pada setiap hari menjelang malam.
g. Sangia i ulu iwoi (dewa di hulu sungai atau dewa di Utara) yang
menguasai wilayah jagat di sebelah Utara termasuk mengatur mengalirnya sumber
air sampai ke laut.
h. Sangia i para iwoi (dewa di muara sungai atau dewa di Selatan)
yang menguasai wilayah jagat di bagian Selatan termasuk menerima dan mengatur
air masuk ke laut.
i. Dewi padi yang dinamakan Sanggoleo mbae (roh padi), Wurake mbae
(nyawa padi), Wulia mbae (halusnya
padi), Warakano ombuno o pae (inti persona dewanya padi).
E.
Upacara Keagamaan Suku Tolaki
Beberapa macam upacara keagamaan orang Tolaki bersifat
"ritus" yaitu yang bersifat perpisahan menjadi satu dengan yang
bersifat peralihan dan yang "upacara" yakni yang bersifat integrasi
dan pengukuhan. Upacara yang bersifat perpisahan menjadi satu dengan
yang bersifat peralihan adalah :
1.
Mesosambakai
(upacara kelahiran)
2.
Mepokui (potong rambut)
3.
Manggilo,
mesuna, mewaka (upacara sunatan)
4.
Mateaha
(upacara kematian)
5.
Upacara
pertanian, yaitu : merondu (upacara pembukaan hutan perladangan), mombotudu
(upacara penanaman padi di ladang) dan monahu nda'u (upacara tahun perladangan)
6.
Upacara
tolak bala dan syukuran, yaitu : mosusu tombi-tombi monduha bangga-bangga (upacara
pencegahan wabah penyakit dan mosehe (upacara pensucian diri karena melanggar
ada
7.
Upacara
yang bersifat integrasi dan pengukuhan adalah: Mepakawi (upacara perkawinan), pombotoroa
mokole (upacara pelantikan raja di zaman dahulu), mombesara (upacara
penyambutan raja atau pejabat pemerintah) dam mekindoroa (upacara perdamaian). [5]
F.
Pakaian Adat Suku Tolaki
Sejak dahulu
masyarakat Tolaki telah membuat bahan pakaian yang disebut “Kinawo” artinya bahan
pakaian yang terbuat dari kulit kayu. Proses pembuatan Kinawo ini dilakukan
dengan cara yang masih sangat sederhana yaitu dengan cara mengambil kulit kayu
tersebut yang disebut kayu Usongi, Dalisi, Otipulu, dan wehuka, kemudian
dikuliti lalu kulit kayu tersebut direbus dengan abu dapur. Selanjutnya
direndam sehari, setelah cukup lembut, kemudian dipukul –pukul pada kayu bulat
besar dengan batu segi empat yang pilih hingga menjadi tipis dan lebar. Proses
ini disebut “Monggawo” artinya membuat Kinawo (bahan pakaian).
Pakaian adat
Tolaki / Accsesories dan sanggul, pada saat ini umumnya dibagi menjadi tiga
(tiga) bagian yaitu :
1. Pakaian adat
wanita dan kelengkapannya
2. Pakaian adat
pria dan kelengkapannya
3. Sanggul[6]
Sumber:https://www.google.co.id/searchq=tolaki&espv=2&biw=1366&bih=667 source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiEu6X06zNAhUJr48KHel7AKAQ_AUIBigB#imgrc=O-bPeK-CI_V56M%3A
Sumber:https://www.google.co.id/searchq=tolaki&espv=2&biw=1366&bih=667&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiE-u6X06zNAhUJr48KHel7AKAQ_AUIBigB&dpr=1#imgrc=vYZQ-n-BD1GcrM%3A
[2] http://tolaki-malaka.blogspot.co.id/,
diakses pada tanggal 10/06/2016
[3]
http://unj-pariwisata.blogspot.co.id/2012/05/sistem-sosial-orang-tolaki-1.html,
diakses pada tanggal 10/06/2016
[4] http://suku-dunia.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-suku-tolaki.html, diakses pada
tanggal 20/05/2016
[5] http://unj-pariwisata.blogspot.co.id/2012/05/sistem-religi-suku-tolaki.html, diakses pada
tanggal 20/05/2016
[6] https://lumanda.wordpress.com/2011/11/08/pakaian-adat-suku-tolaki/, diakses pada
tanggal 20/05/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar